Beranda | Artikel
Khutbah Jumat: Orang Yang Berbahagia
Senin, 15 Agustus 2022

Khutbah Jumat: Orang Yang Berbahagia ini merupakan rekaman khutbah Jum’at yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor, pada Jum’at, 14 Muharram 1444 H / 12 Agustus 2022 M.

Khutbah Pertama Khutbah Jumat: Orang Yang Berbahagia

Sesungguhnya kebahagiaan yang hakiki adalah ketika seseorang dijauhkan dari fitnah. Karena sesungguhnya fitnah yang bisa menghancurkan agama itu adalah merupakan hakikat musibah. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إنَّ السعيدَ لَمَنْ جُنِّبَ الفِتَنَ ، إنَّ السعيدَ لَمَنْ جُنِّبَ الفِتَنَ ، إنَّ السعيدَ لَمَنْ جُنِّبَ الفِتَنَ ، ولَمَن ابتُلِيَ فصَبَر ؛ فَوَاهًا .

“Sesungguhnya orang yang berbahagia adalah orang yang dijauhkan dari fitnah, orang yang berbahagia adalah orang yang dijauhkan dari fitnah, orang yang berbahagia adalah orang yang dijauhkan dari fitnah, dan bagi orang yang diberikan ujian lalu ia bersabar, sungguh mengagumkan orang seperti ini.” (HR. Abu Dawud)

Saudaraku sekalian..

Sesungguhnya hidup di dunia penuh dengan ujian. Kita hidup di dunia dibekali oleh syahwat dan hawa nafsu, akan tetapi Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan kepada kita hidayah, Allah mengutus para Nabi dan Rasul, Allah turunkan kitab suci sebagai hidayah dan bimbingan untuk kita. Maka siapapun di antara kita yang ingin hidupnya bahagia di dunia dan akhirat, hendaklah ia ikuti bimbingan-bimbingan tersebut.

Fitnah-fitnah dunia ini, saudaraku seiman.. Ini membuat kita buta hati, sehingga banyak di antara orang yang terfitnah oleh dunia. Mereka gelap mata, tidak peduli halal dan haram, tidak peduli apakah Allah ridha kepadanya atau tidak.

Fitnah dunia menjadikan seseorang memiliki penyakit-penyakit di dalam hatinya berupa kesombongan, kedengkian dan yang lainnya. Bahkan fitnah dunia menjadikan seseorang tidak beriman kepada kehidupan akhirat. Seakan-akan ia akan hidup di dunia selama-lamanya, seakan-akan ia di dunia kekal. Padahal ia hanya sementara di dunia. Namun fitnah dunia itu sangat gemerlap membuat hati kita tertipu, saudaraku.

Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur’an mengingatkan dalam ayat-ayat yang banyak. Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ ۖ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا ۖ وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِاللَّهِ الْغَرُورُ

“Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia menipu kalian dan sekali-kali janganlah setan yang pandai menipu memperdayakan kamu tentang Allah.” (QS. Fatir[35]: 5)

Ketika seorang hamba sadar bahwa ia hidup di dunia untuk sementara, dan ia sadar bahwa dirinya hamba Allah yang akan kembali kepada Allah, hamba yang akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah, dia sadar bahwa akan meninggal dunia, maka ia akan berusaha untuk menjauhi berbagai macam fitnah yang bisa menghalangi perjalanannya menuju Allah ‘Azza wa Jalla.

Kita lihat di zaman ini betapa banyaknya fitnah-fitnah tersebut. Fitnah yang ada di HP kita, fitnah yang ada di sekitar kita yang membuat lalai dari mengingat Allah ‘Azza wa Jalla, yang membuat kita lebih asyik dengan syahwat, dengan tontonan-tontonan yang tidak bermanfaat, yang menyebabkan kita akhirnyanya lalai untuk mengingat Allah ‘Azza wa Jalla, sehingga kita termasuk orang-orang yang terkena ghaflah (kelalaian) yang akhirnya setan pun mudah untuk menggoda kita. Karena memang demikian nasib orang-orang yang berpaling dari dzikir kepada Allah. Allah berfirman:

وَمَن يَعْشُ عَن ذِكْرِ الرَّحْمَٰنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ

“Siapa yang berpaling dari mengingat Ar-Rahman, maka Kami akan jadikan untuk dia setan yang akan menjadi temannya.” (QS. Az-Zukhruf[43]: 36)

Fitnah-fitnah dunia itu berupa fitnah syahawat dan fitnah syubhat. Fitnah-fitnah dunia itu meluluhlantahkan keimanan dan keimanan seorang hamba. Seorang hamba kita lihat tadinya dia bertakwa/beriman kepada Allah, lalu ia terfitnah dengan dunia. Dunia pun kemudian berhias kepadanya bagaikan pelacur yang ia berhias kepada setiap lelaki. Maka ia pun tertipu dengan ketertarikannya, dengan kecantikannya, dengan tipuan-tipuannya, sehingga kemudian sedikit demi sedikit ia pun tinggalkan keimanannya.

Saudaraku, siapapun kita yang ingin selamat di dunia dan akhiratnya, hendaklah kita berhati-hati terhadap dunia. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ، وإنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا، فَيَنْظُرُ كيفَ تَعْمَلُونَ، فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ؛ فإنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ في النِّسَاءِ

“Dunia itu manis dan hijau, dan Allah menjadikan kalian khalifah yang saling mengganti satu sama lainnya di muka bumi ini. Dan Allah akan lihat bagaimana amalan kalian di dunia ini. Maka hati-hatilah kalian terhadap dunia, hati-hati kalian terhadap wanita. Karena fitnah yang pertama kali merusak Bani Israil adalah dari wanita-wanita mereka.” (HR. Muslim)

Saudaraku, kita yang ingin selamat di dunia ini berusaha kita mengikuti bimbingan Allah dalam Al-Qur’an dengan kita terus membaca Al-Qur’an, kita mempelajari dan mentadabburi Al-Qur’an, mengikuti bimbingan-bimbingan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam sunnahnya, dalam hadits-haditsnya, karena itulah jalan satu-satunya untuk sampai kepada surga Allah ‘Azza wa Jalla.

Tidak mungkin kita akan sampai ke surga apabila kita mencari selain petunjuk Allah dan RasulNya. Tidak mungkin kita akan mendapatkan kebahagiaan apabila kebahagiaan itu kita pandang sebatas materi dunia. Banyak manusia memandang bahagia itu dengan menyenangkan badannya dengan kenikmatan-kenikmatan dunia. Padahal hakikat bahagia itu menyenangkan hati kita dengan cara mendekatkan diri kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Siapapun ia yang mendekatkan dirinya kepada Allah pasti hatinya bahagia. Dan siapapun ia yang menjauhkan hatinya dari Allah, melalaikan hatinya dari Allah, maka terlihat oleh mata kita ia seakan-akan gembira. Tapi hatinya berpenyakit, hatinya akan diberikan oleh Allah kesempitan, akibat dia berpaling dari peringatan Allah ‘Azza wa Jalla.

Saudaraku, inilah bimbingan Allah dan RasulNya. Mari kita sambut panggilan Allah dan RasulNya dengan penuh kegembiraan.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, sambutlah panggilan Allah dan RasulNya apabila keduanya memanggil kalian kepada sesuatu yang menghidupkan hati kalian, dan ketahuilah Allah mampu membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepadaNya-lah kamu akan dikumpulkan.” (QS. Al-Anfal[8]: 24)

Allah mampu menghalangi hati itu dari makanannya yang sebenarnya, dari keimanan dan hidayah. Allah mampu menghalanginya akibat daripada kita ternyata tidak menginginkan hidayah itu.

Maka, saudaraku.. Inilah dia kita sebagai hamba Allah. Kita semua manusia di hadapan Allah ‘Azza wa Jalla. Kita berusaha sekuat tenaga berjuang untuk mencari keselamatan dan kebahagiaan.

Khutbah Jumat: Orang Yang Berbahagia

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

إنَّ السعيدَ لَمَنْ جُنِّبَ الفِتَنَ

“Sesungguhnya orang yang bahagia adalah orang yang dijauhkan dari fitnah-fitnah.”

Fitnah yang bisa menghancurkan agamanya, saudaraku sekalian. Dialah kebahagiaan yang hakiki, ketika seorang hamba hatinya merdeka untuk beribadah kepada Allah, tidak dikungkung oleh hawa nafsu dan syahwatnya. Dialah orang yang merdeka dalam hidupnya, ia mengagungkan Allah ‘Azza wa Jalla, ia mencintai Allah ‘Azza wa Jalla, ia takut kepada Allah ‘Azza wa Jalla, ia menggantungkan pengharapannya kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dia tidak gantungkan kepada dunia, dia tidak lebih mencintai dunia daripada kehidupan akhiratnya. Dia menginginkan keridhaan Allah segala-galanya, bagi dia keridhaan manusia itu bukanlah tujuannya. Akan tetapi tujuan yang terbesar adalah keridhaan Allah ‘Azza wa Jalla. Maka orang ini selamat dari fitnah.

Itulah orang yang bahagia.

إنَّ السعيدَ لَمَنْ جُنِّبَ الفِتَنَ ، ولَمَن ابتُلِيَ فصَبَر

“…dan bagi orang yang diberikan ujian lalu ia sabar.”

Ujian berupa perintah Allah, ujian berupa larangan Allah. Ujian berupa cobaan-cobaan yang menerpa hidup kita lalu kita sabar untuk menjalankan ketaatan, kita sabar untuk meninggalkan kemaksiatan, kita pun sabar menghadapi musibah-musibah yang menerpa kehidupan.

Download mp3 Khutbah Jumat: Orang Yang Berbahagia

Jangan lupa untuk ikut membagikan link download “Khutbah Jumat: Orang Yang Berbahagia” ini kepada saudara Muslimin kita baik itu melalui Facebook, Twitter, atau yang lainnya. Semoga menjadi pembukan pintu kebaikan bagi kita semua.


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/52020-khutbah-jumat-orang-yang-berbahagia/